Mengenal Gejala Penyakit Kawasaki Asal Jepang yang Menyerang Anak-Anak

Anak Sakit (Foto Istimewa)

InfoWarga – Moms! Sebaiknya memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap dan rutin sangatlah penting, seperti vaksin MMR (measles, mumps, rubella). Yang dapat membantu melindungi terhadap infeksi  yang memicu pada penyakit Kawasaki.

Memang apa sih penyakit kawasaki?

Bacaan Lainnya

Penyakit Kawasaki pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter Jepang bernama Tomisaku Kawasaki pada tahun 1967 dan sejak itu penyakit ini dinamakan sesuai dengan namanya.

Penyakit kawasaki ini merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan jantung permanen.

Menurut (Dokter Aditya) Penyakit Kawasaki Ini berbeda dengan penyakit jantung yang biasa menyerang orang dewasa, yang disebut penyakit jantung coroner (PJK).

Gejala yang ditimbulkan akan menyerupai gejala serangan jantung pada pasien dewasa, yaitu nyeri dada seperti ditimpa benda berat dan bila tidak cepat ditolong dapat berakibat fatal.

Oleh karena itu, jika moms melihat gejala yang mencurigakan pada anak, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan yang tepat.

Gejala yang dialami anak yang terinfeksi penyakit Kawasaki dapat bervariasi.

Namun, gejala umum yang biasanya terjadi meliputi demam yang berlangsung lebih dari lima hari dan tidak merespon obat penurun demam, ruam pada kulit seperti campak atau rubella, pembengkakan kelenjar getah bening, bibir merah dan pecah-pecah, lidah merah dan bengkak atau sering disebut “lidah strawberry”, bahkan persendian di area tangan dan kaki bengkak serta mata merah.

Jika penyakit Kawasaki tidak diobati dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi pelebaran pembuluh darah arteri koroner yang bisa berpotensi menyebabkan penumpukan pembekuan darah di pembuluh darah koroner hingga pada akhirnya menyumbat total pembuluh darah koroner.

Tata laksana pengobatan penyakit Kawasaki umumm adalah melibatkan kombinasi aspirin dosis tinggi yang diberikan hingga demam mereda dan imunoglobulin intravena (IVIG), yang direkomendasikan oleh “American Heart Association”. (Dari Berbagai Sumber/Nita)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *