Info Warga — Punya usaha sampingan menjadi salah satu yang hal yang diminati para pekerja demi menggandakan penghasilannya.
Namun, membuka bisnis ternyata tak mudah, khususnya mencari modal. Apalagi, bagi Anda yang bergaji Rp8 juta per bulan, gaji tersebut biasanya terkuras untuk biaya hidup sehari-hari.
Di lain sisi, keinginan mendapatkan sumber pemasukan lain juga tak kalah besar. Keinginan ini terkadang didorong dengan tingginya kebutuhan atau tanggungan yang dipikul.
Perencana Keuangan PINA Evelin Candratio berpesan kepada para pekerja bergaji Rp8 juta yang ingin memiliki usaha sampingan untuk memetakan pengeluaran bulanannya. Menurutnya, keberadaan tanggungan bakal menjadi red flag untuk mencari utangan.
“Jika pekerja ini sudah ada tanggungan, akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan keuangannya dan keluarga, jika ternyata result dari bisnis tersebut tidak sesuai dengan yang diproyeksikan,” ujar Evelin, Jumat (3/11).
Evelin lebih menyarankan mencari usaha sampingan yang minim modal. Ia menyebut berutang akan menimbulkan masalah baru, termasuk gagal cuan atau malah rugi.
Menurutnya, lebih baik pekerja mengeksplorasi jenis bisnis yang mau dijajal terlebih dahulu. Ia menyarankan menggunakan uang dingin agar proses menjalankan usaha sampingan bisa lebih tenang.
“Sehingga ke depannya akan lebih ringan dalam menjalankan bisnis dan lebih bisa banyak mengeksplor business opportunity yang ada di luar, selain dari pekerjaan utamanya tersebut,” ucapnya.
Ia menyebut usaha sampingan yang dipilih juga harus berlandaskan skill atau keterampilan yang dimiliki. Nantinya, bisnis sambilan bisa dikerjakan setelah pekerjaan utama rampung.
“Kalau ada skill di pembukuan, bisa juga mulai dari bantu UMKM kecil dalam pembukuannya. Jadi, bisnis tidak harus dimulai dari modal besar dahulu, bisa dari yang tidak terlihat atau dari uang dingin yang sudah ada,” tutup Evelin.
Kalau terpaksa cari utang, harus ke mana dan bagaimana perhitungannya?
Head of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly menyarankan memulai bisnis dengan rendah modal bagi mereka yang baru mau coba-coba. Modal yang minim akan memperkecil dampak kerugian di kemudian hari.
“Namun, jika benar-benar membutuhkan pinjaman, sebaiknya utamakan pilih pinjaman yang tanpa bunga, seperti dari keluarga atau relasi,” tuturnya.
“Jika tidak ada, baru pinjaman ke bank, misal kredit usaha rakyat (KUR), kredit tanpa agunan (KTA), kredit multiguna. Ada juga koperasi kantor atau gadai. Sangat tidak disarankan mengambil pinjaman online,” tambah Shierly.
Ia mencontohkan skema permodalan bisnis makanan ringan rempeyek. Menurutnya, modal awal yang dibutuhkan setidaknya sekitar Rp1 juta untuk peralatan masak, itu pun kalau kompor dan sejenisnya beli baru.
Berikut rincian hitung-hitungan kasar bisnis rempeyek:
Harga jual: Rp5.000 per bungkus
Volume penjualan: 30 bungkus per hari
Omzet penjualan dengan asumsi berjualan 20 hari: Rp3 juta per bulan
Biaya operasional/bahan baku (per 30 bungkus):
– Seperempat kg tepung beras: Rp4.000
– 1 buah kuning telur: Rp2.000
– Santan kelapa: Rp4.000
– 6 lembar daun jeruk: Rp1.000
– 1/4 kg kacang tanah: Rp7.000
– Minyak goreng: Rp15.000
– Plastik: Rp10.000
Total bahan baku sebulan (dalam 20 hari): Rp860.000
Biaya lainnya (gas): Rp127.000
Secara hitungan kasar, total biaya operasional dalam 20 hari menyentuh Rp987 ribu. Setelah dikurangi perkiraan omzet penjualan bulanan, maka diperoleh laba operasional sekitar Rp2,01 juta.
“Untuk modal usaha kecil di bawah Rp10 juta, daripada pinjam ke bank lebih baik pinjam ke keluarga atau relasi saja,” tandas Shierly. (Dari berbagai sumber/ Nia Dwi Lestari).